Kapal Jong Dobo Di Komunitas adat Dobo Iantena


Kapal purbakala  Jong Dobo 
Sebuah perasaan tersendiri bagi kita kalau mendatangi kampung  dangan ketenangan,kedamaian dan penuh persaudaraan. Disore hari,malam hingga pagi hari kita hanya bisa mendengarkan suara binatang disekitar kampung yang kehidupannya bersahabat dengan alam. Kita hanya bisa berpikir bahwa sesunggunya kedamaian batin dan pikiran serta merefleksikan seluruh karya kita kalau mendatangi kampung Dobo dan mulai menyatu dengan kehidupan masyarakat Adat di kampung Dobo

Berbagai keunikan dan keunggulan dari komunitas adat Dobo mulai dari potensi alam mereka, potensi manusia dan potensi kebudayaan sehingga komunitas adat Dobo bisa membawa pariwisata kabupaten Sikka muncul di dunia internasional
Kampung Dobo adalah sebuah kampung yang letak geografisnya cukup jauh dari keramaian kota kabupaten Sikka , Posisi kampung berada di dataran bukit yang cukup tinggi dan sekeliling kampung dipenuhi dengan pepohonan yang rimbun.

Keberadaan masyarakat di kampung Dobo memiliki hubungan sesama manusianya cukup tinggi, kehidupan mereka sangat peduli di antara sesama. Walaupun kampung Dobo ini, dikatakan oleh sebagian orang masyarakat perkotaan bahwa kampung Dobo adalah kampung yang penuh dengan mistik dan misteri alam,tetapi pada kenyataannya kampung Dobo melambangkan kehidupan sesunggunya manuasia yang beradab.

Kehidupan masyarakat Dobo sangat dekat dengan Alam, semua perilakun manusia untuk melakukan kegiatan apapun harus sesuai petunjuk dari leluhur mereka masyarakt Dobo. Kerja-kerja yang berhubungan dengan alam harus mendapatkan persetujuan dari Alam dan leluhur mereka, jika ada persetujuan maka baru dilaksanakan.
Memang kampung Dobo dikatakan sangat mistik, dari kondisi keadaan alam, budaya adat dan kehidupan masyarakatnya kini menjadi sebuah potensi untuk menyumbangkan keunggulan Kabupaten Sikka di mata dunia.

Adat dan budaya mereka masyarakat Dobo boleh dikatakan sangat kental nilai kearifan yang sangat tinggi. Dari keunikan yang ada kemudian banyak mengundang wisatawan untuk mendatangi kampung Dobo. Apa yang masyarakat Dobo miliki adalah nilai mistik dari kapal peninggalan purbakala sejak jaman glasia ribuan tahun silam sehingga masyarakat adat Dobo memiliki keunikan tersendiri.

Kita pasti heran dan tidak masuk akal di puncak bukti yang tinggi berada di daerah pegunungan memiliki kapal.

Ada satu hal lagi kapal yang unik ini dan mempunyai nilai mistik  dalam kesaksian bahwa baru bisa melihat dengan mata kepala manusia kecuali sudah melakukan ritual adat, dan sesuai permintaan oleh kita yang ingin melihat keunikan tersebut.

Orang Dobo menamain kapal di bukit Dobo itu dengan nama Jong Dobo.
Sebagian kita pasti heran dan ingin terus meneru melihat peristiwa aneh dari alam semesta kampung Dobo.  Masyarakat adat dobo bukan sekedar memiliki benda peninggalan itu tetapi banyak hal yang menjadi keunggulan masyarakat adat Dobo.

Kehidupan keseharian mereka benar-benar menamkan hukum cinta kasih baik kepada sesama manusia maupun sesama alam. Mereka masyarakat adat Dobo memanfaatkan potensi alam untuk kebutuhan hidup keseharian mereka. 

Potensi alam yang masyarakat adat Dobo gunakan mulai dari potensi kayu,rotan hingga makanan lainya, artinya sadang pangan dan papan semua masyarakat adat Dobo miliki.
Menurut Kanisius Anis bahwa masyarakat adat Dobo melakukan sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan orang banyak harus mendapatkan persetujuan dari Nene moyang atau leluhur dan Alam sehingga tidak terjadi hal-hal yang di inginkan oleh manusia.

Mata pencarian Masyarakat adat Dobo adalah pertanian ladang, perkebunan komoditi, ternak, dan tenun ikat bagi pekerjaan perempuan, dan kerajinan tangan bagi anak mudah yang memanfaatkan potensi Alam menjadi sebuah kebutuhan yang bermanfaat.  situasi kampung Dobo sangat tenang dan masyarakatnya sangat kompak jika bekerja demi kepentingan kelompok, dan saat ini kelompok yang cukup aktif adalah kelompok tenun Eban Watan.

Kain sarung Adat Dobo Menjadi Karakter Orang Dobo

Sarung adat Dobo merupakan sarung adat yang dibuat untuk keperluan adat istiadat di komunitas/kampung adat Dobo. Sarung adat Dobo ini mempunyai Nilai yang sangat tinggi jika dipakai pada saat acara adat. Motif sarung adat Dobo ini memiliki tiga motif yaitu motif Welak supin, welak bolan dan welak blutuk.
Motif sarung adat Dobo ini memiliki tiga motif yaitu motif Welak supin,
welak bolan dan welak blutuk.

Dari ketiga Motif ini diambil dari bahasa daerah kampung Dobo, Bahasa yang sering dipakai oleh nenek moyang orang Dobo. Dari hasil cerita yang dipahami oleh generasi masyarakat Dobo saat ini Motif yang di ambil menjadi simbol kepercayaan orang Dobo yaitu di ambil dari simbol alam, Binatang dan Manusia.

Orang Dobo menenun sarung Adat ini memakan waktu bisa mencapai 1-2 tahun  sebab proses pembuatan sarung adat ini dibuat dari bahan alamiah mulai dari kapas yang akan menjadi Benang hingga bahan pewarna motof dan peralatan semuanya adalah bahan baku dari alam.

Menurut Aurelia Nona Onci, sarung adat ini dipakai hanya khusus ibu-ibu pada saat acara Adat seperti acara adat perkawinan, acara adat dalam memulai kerja kebun hinga acara adat kematian. Setiap rumah harus memiliki sarung adat, dan setiap perempuan adat di kampung dobo harus pandai menenun, sebab dikatannya bahwa pekerjaan menenun adalah warisan leluhur,semua ibu-ibu serta anak Perempuan harus mengikuti dan mempertahankannya.

Ada Nilai kearifan dengan sarung adat ini, menurut mereka orang Dobo bahwa menenu adalah warisan karena semua anak permpuan dari umur 15 tahun harus mulai bisa menenun. selanjutnya ada kebanggaan tersendiri dan menjadi kepercayaan orang Dobo, jika pada acara kematian Sarung buatan oleh anak harus bisa di pakai oleh Ibu /ayah mereka. Bagi perempuan adat Dobo bahwa menjadi sebua tradisi dan kebanggan yang cukup mulia jika sarung bisa dipersembahkan pada sang ibu/ayah pada saat meninggal karena itu mereka perempuan Dobo mengamini bahwa cara anak berbakti kepada orang tua dengan membuktikan bahwa seorang anak bisa menerima warisan orang tuannya.

 “ Jika anak perempuan tidak bisa menenun dan tidak bisa menghasilkan sebuah sarung untuk dipersembahkan kepada orang tuanya maka, anak tersebut tidak berbakti kepada orang tua dan bisa dikatakan usahanya sia-sia” Kata Onci

Sesuai cerita dan Pengelaman dari ibu-ibu penenun ada pantang/larangan untuk anak gadis kalau pada saat datang bulan, karena sangsinya adalah dalam bekerja motif serta proses menenun tidak akan jadi dan bahkan tidak mendapatkan hasil.  ada Hal lain dalam melakukan pekerja menenun, ibu-ibu atau anak gadis dilarang bekerja dengan emosi tentu hasil tidak ada.

Perjaan Menenun kata ibu-ibu Penenun harus betul menjiwai dan bekerja memulai dari hati yang bersi dan pikiran yang jerni agar bisa mendapatkan hasil yang memuaskan. Setelah usai menenun sarung adat sarung itu dibuat dengan acara adat agar sarung tersebut tidak cepat rusak dan bahkan bisa membawa kewibaan seorang perempuan dalam acara-acara adat.

Nilai jual atau harga dari sarung adat Dobo ini jika dengan situasi pasar saat ini bisa mencapai 4-5 juta untuk satu buah sarung. Dan bagi para pembeli bisa mendapatkan itu dan mempunyai kewibawaan tersendiri bagi perempuan jika menggunkan sarung adat itu, karena menuru mereka perempuan Dobo yang bisa di gunakan sarung itu hanya pada saat acara adat dan acara kebesaran.

Dari gambaran obyektif kampung Dobo diatas menunjukan bahwa kehidupan masyarakat adatlah yang dapat membawa sejuta nilai keberuntungan bagi Negara. Mulai dari tradisi kebudayaan, potensi alam hingga pengetahuan dan keterampilan masyarakat adatnya.***

Yulius Fanus Mari, ------ Infokom AMAN Nusa Bunga



Share on Google Plus

About amannusabunga.blogspot.com

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar: