Usaha
masyarakat adat untuk mempertahankan kearifan budaya warisan leluhur
Wawancara dengan
Thomas Meku, pada bulan Maret 2015
dikampung ledaseko, desa Wologai, kecamatan Ende, Kabupaten Ende.
![]() |
Foto: Thomas Meku |
Disebuah kampung, namanya kampung ledaseko yang masuk
wilayah kekuasaan komunitas adat Nua JA dan tanah kekuasaan Ngamu Zangga, Desa Wologai, Kecamatan Ende, Kabupaten Ende, Propinsi NTT, hidup
sepasang keluarga dengan keseharian aktivitas bergantung pada hasil hutan yang
sering disebut pohon enau atau dalam bahasa daerah Ende disebut pohon Moke.
Keluarga itu yang dimaksud adalah
Thomas Meku dan istrinya Katarina. Sepasang keluarga ini mempunyai anak tiga
orang yang terdiri dari dua orang anak laki-laki dan satu anak perempuan.
Dilihat dari kondisi keluarga cukup memprihatinkan karena
keluarga ini terlihat sebagai salah satu keluarga yang kehidupan sehari-hari
sangat sederhana di bandingkan dengan yang lainnya.
Yang menarik disini
adalah Thomas dikenal diwilayah kampung ini mempunyai produksi unggulan
dalam menunjang kehidupan keluarga adalah pohon enau atau moke.
Pohon enau di olah menjadi
minuman beralkohol yang berguna bagi seluruh masyarakat di wilayah itu,
dan mempunyai nilai ekonomi tinggi.
Pohon enau ini juga masih diolah dengan hasilnya alkohol
akan tetapi juga bisa diolah menjadi gula dan kebutuhan lainnya.
Thomas mengatakan jika diolah menghasilkan gula juga bisa
tetapi tergantung pasarnya, yang menjadi kesulitan kita adalah pengelolahnnya
masih tradisional dan pasarnya pun sulit. ( Jao ngaza
wenggo jadi gula , na so’o so jadi gula na wai teka pa emba pasar iwa zatu, so’o
ndia nua mbeta na iwa ki woso)
Menurut Thomas Meku dari penyelaman hidup dari Thomas Meku ini dalam membangun
kehidupan rumah tangga keluarganya di
anggap cukup sulit dan bahkan tergolong miskin. Dari ceritanya bahwa beliau
telah pulang merantau dari negara lain yaitu malaysia dengan tujuan memperbaiki
kehidupan keluarga, akan tetapi kondisi ekonomi keluarga pun belum terkunjung
baik. Dengan berjalannya waktu sampai
pada satu titik maka, kembali pulang ke kampung ledaseko dengan memulai usaha
baru yang disebut dengan pengembangan moke menjadi minuman beralkohol dan
mempunyai kualitas baik.
Moke
menjadi solusi peningkatan Pendapatan Ekonomi
Perjalan waktu cukup lama, pohon Enau atau moke di olah menjadi minuman sehingga memberikan
penghasilan lebih dan sangat membantu perekonomian keluarga dan bahkan
membiayai anak laki-lakinya masuk di akademik kesehatan di kota kupang NTT.
Sangat menarik dan mempunyai nilai kearifan di sini adalah
Moke bisa membiayai anak ke
jenjang pendidikan tinggi.
Penghasilan moke dari hasil penyulingan perhari mencapai 4
botol dengan volume penyulingan dari 4 jirgen 8liter hasil moke yang masih
mentah.
Nilai jual perbotol Rp 20.000 -25.000 tergantung pada
kualitas hasil penyulingan menjadi minuman beralkohol.
Jika perhari bisa produksi 4 botol maka sebulan bisa
menghasilkan 120 botol dan diuangkan maka perbulannya 2.400.000- 3.000.000 yang
di hasilkan dari 2 pohon enau dan jika lebih dari itu maka bisa menghasilkan
cukup tinggi.
" Jao tau moke
na raka jadi minuman beralkohol ini dengan bahan tradisional hasil hutan,
dan sudah menjadi tradisi bagi kami ata ledaseko Wologai no ozo moi nau embu mamo kami.Kata Thomas.
“Embu
mamo kami nau, nosi kezi mae pati rusa rasa
,kezi kae tau sesa dawa karna kezi tau pati oza muri,tau pati mbo,o no,o
hasi pu,u Kaju ki, arti dari pesan bahasa daerha ini, menjelaskan bahwa kita
manusia yang hidup di bumi ini dan berada dengan wilayah hutan tidak boleh
merusakinya dan menghancurkan hutan, sebab hutan yang memberikan kehidupan
manusia dengan isi yang ada di dalam hutan, salah satunya pohon enau(moke) yang
telah membatu kehidupan negara dan masyarakatnya dalam menyambung hidup
berkelanjutan.
Thomas dan istrinya membiayai pendidikan, anaknya dengan
moke ini.
Peran
Negara dalam melindungi kearifan budaya
Dari pandangan negara bahkan kontitusi melarang masyarakat
memproduksi minuman seperti itu, akan tetapi dalam lapangan budaya minuman itu
menjadi sebuah tradisi yang harus di embankan oleh masyarakat adat. Dan jauh
dari itu menjadi salah satu penopang ekonomi masyarakat yang mempunyai keahlian
membuat moke.
Menurut salah satu tokoh adat di Komunitas nua ja, moke
merupakan minuman yang dapat mempererat hubungan sesama manusia dan sudah
diwarisi sejak jaman dahulu. Mike juga menjadi penyemangat dalam bekerja dan
menjadi pelengkap jika membuat ritual adat kepercayaan masyarakat adat, dan
juga sebagai penyambung hubungan kekeluargaan dalam lapangan adat istiadat
masyarakat. Katanya.
Disatu sisi jika dipandang dengan pandangan negatif maka,
masuk dalam kategori minuman beralkohol dan terlarang yang dengan motif bisa
melahirkan masalah.
Dan menurut agustinus jika moke itu di pakai pada sebuah
acara yang sifatnya hura-hura dan dipakai pada orang -orang yang depresi akibat
dari konflik internal keluarga, dan jika dipandang dengan pandangan positif
maka membuahkan hasil seperti pernyataan awal saya diatas.
Oleh karena itu dari pengalaman hidup Thomas dengan
keluarga dapat memberi pengertian dan pandangan hidup kepada negara dan
pemerintah bahwa apa yang di perbuat oleh masyarakat adat tidak mesti harus
dilakukan dengan cara-cara yang merugikan masyarakat. Negara mesti melihat
secara obyektif terkait dengan kehidupan masyarakatnya serta mengkaji secara
obyaktif dari semua sisi, seperti disegi kehidupan sosial, segi ekonomi dan
segi budaya, jiak kesemuanya itu merugakan banyak pihak barulah mengambil
sikap, jika hal semacam ini adalah warisan yang terus di kembangkan maka,
negara atau pemerintah harus mengakui dan melindungi apa yang dilakukan oleh
masyarakatnya.
Akitifitas Thomas ini, untuk memperlihatkan kepada
pemerintah atau Negara bahwa sesungguhnya pengakuan dan perlindungan terhadap
masyarakat adat harus dilakukan
dengan melihat kearifan pengetahuan yang ada sebab masyarakat adatlah yang menjadi penopang kehidupan
berbangsa dan bernegara saat ini.
Contoh kecil yang dilakukan oleh thomas adalah ciri khas
kehidupan masyarakat adat dalam menyambung hidup sesuai warisan leluhur.
Saai ini Negara mesti menjujung
tinggi kearifan budaya Masyarakat adat. Pengetahuan dan kebiasaan yang
dilakukan masyarakat adat mempunyai nilai ekonomis,dan bisa menghantarkan
masyarakat adat bisa mandiri secara Ekonomi sepanjang masih ada.
Oleh : Yulius Fanus Mari , Infokom AMAN Nusa Bunga
0 komentar:
Posting Komentar